Selasa, 26 November 2013

PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT DI PEDESAAN


A. PENDAHULUAN
Masalah kemiskinan merupakan isu krusial di Indonesia sejak dahulu hingga detik ini.  Kemiskinan kini menjadi suatu identitas yang melekat dengan perdesaan seperti warisan yang diterima turun- temurun. Sehingga tidak heran kalo banyak penduduk desa yang mengadu nasib baik di kota atau menjadi  tenaga kerja di luar negeri dalam upayanya untuk memperbaharui taraf hidup keluarganya.sudah menjadi fenomena missal yang kronis dan mendalam. Bahkan pada banyak kasus, kemiskinan sudah bersifat antar-generasi. 
Semua itu balik lagi kepada kurangnya perhatian dan keseriusan pemerintah, untuk mencari jalan keluar dan mencari program yang benar-benar pas diterapkan disuatu desa. Selain dari pada kurangnya perhatian pemerintah, ternyata banyak persoalan yang menyebabkan terjadinya kemiskinan itu sendiri. Dari beberapa pakar dan para ahli mereka menyimpulkan beberapa persoalan itu, diantaranya: 
1. Tingkat pendidikan serta kualitas pendidikan masyarakat yang masih rendah
2. Rendahnya asset yang dikuasai oleh masyarakat perdesaan
3. Pelayanan sarana dan prasarana pedesaan yang kurang memadai
4. Terbatasnya kesempatan untuk melakukan usaha di perdesaan
5. Lemahnya pembangunan berbasis masyarakat dan lemahnya koordinasi didalam pembangunan perdesaan itu sendiri.
Keterbatasan akses dan mutu pelayanan kesehatan di pedesaan, ini dikarenakan sarana kesehatan umumnya dibangun hanya sampai wilayah kecamatan, dengan sarana dan prasarana yang serta sumber daya manusia yang sangat terbatas. Keterbatasan akses dan mutu pendidikan dipedesaan menjadikan pendidikan merupakan hal yang tidak penting. Mereka berfikir dengan bisa membantu berladang maka akan terpenuhi kebutuhan hidupnya, karena di desa masih banyak menyedikan lahan yang cukup untuk bertani dan berkebun.
Minimnya akses Transportasi, pendidikan dan kesehatan tersebut diatas jelas akan menyebabkan kemiskinan di pedesaan. Dengan berbagai keterbatasan tersebut maka penduduk desa bekerja untuk mendapatkan hasil yang sangat terbatas walau sudah berusaha maksimal. Disamping itu apabila banyaknya hasil komoditi di desa tersebut tidak bisa digunakan secara maksimal yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tersebut, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagi Penduduk yang merasa kaya di desa mereka akan meninggalkan desa dan pindah diperkotaan untuk mendapatkan berbagai akses pembangunan yang bisa di dapatkan di perkotaan. Akibatnya Penduduk yang tinggal di desa akan tetap menjadi miskin dan tertinggal dari segi ekonomi.
Dari beberapa pokok persoalan tersebut, hendaknya pemerintah harus segera berupaya mencari jalan keluar agar permasalahan kemiskinan ini sedikit banyak bisa ditanggulangi, sehingga persentase penduduk miskin bisa menurun. Lalu upaya seperti apa yang seharusnya dijalankan pemerintah? Nah mungkin sebaiknya pemerintah mempertimbangkan beberapa hal, sebagai suatu solusi dalam upaya pengentasan kemiskinan. pengembangan ekonomi local, mempercepat pertubuhan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 

B. FENOMENA KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan penonema yang masih belum menemukan titik terang, Berdasarkan definisi kemiskinan dan fakir miskin dari BPS dan Depsos (2002), jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 mencapai 35,7 juta jiwa dan 15,6 juta jiwa (43%) diantaranya masuk kategori fakir miskin. Secara keseluruhan, prosentase penduduk miskin dan fakir miskin terhadap total penduduk Indonesia adalah sekira 17,6 persen dan 7,7 persen. Ini berarti bahwa secara rata-rata jika ada 100 orang Indonesia berkumpul, sebanyak 18 orang diantaranya adalah orang miskin, yang terdiri dari 10 orang bukan fakir miskin dan 8 orang fakir miskin.  

1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan memiliki banyak sekali penafsiran yang cukup luas, maka dari itu, perlu rasanya untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kemiskinan itu deengan lebih gambling. Melihat banyak sekali pengertian yang di definisikan oleh para ahli, alangkah baiknya jika kita lebih mengkerucutkan lagi apa yang dimaksud dengan kemiskinan itu? Untuk lebih jelasnya, disini ada bebrerapa pengertian kemiskinan yang bermacam-macam, adapun kemiskinan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.  
b. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.  
c. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.  
d. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.  
e. Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: 
1) Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan).
2) Sumber keuangan (pekerjaan, kredit).
3) Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial).
4) Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
5) Pengetahuan dan keterampilan, dan 
6) Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup. 

2. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah sebuah kemiskinan yang hadir dan muncul bukan karena takdir, bukan karena kemalasan, atau bukan karena karena keturannya miskin. Namun kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang muncul dari suatu usaha pemiskinan. Pemiskinan yang dilakukan oleh sebuah sistem Negara. Para pakar strukturalis menyatakan bawah kemiskinan ini timbul karena adanya hegemoni dan karena adanya kebijakan negara dan pemerintah atau orang-orang yang berkuasa, dimana orang yang termarjinalkan semakin termarjinalkan saja.
Menunjuk pada struktur, atau system yang tidak adil, tidak sensitive dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau kelompok orang menjadi miskin.  Harus diakui bahwa siapa pun tak ada yang menghendaki dirinya bodoh, terbelakang dan miskin. Setiap manusia berharap bisa hidup berkecukupan dan tak terbelakang. Namun, dalam realitas harapan tersebut terkubur dan kandas oleh kondisi yang memaksa.
Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.

3. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.
Kemiskinan relatif menunjukkan ketidakmerataan pendapatan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kelompok atau satu kelompok dengan kelompok masyarakat yang lain. Bank Dunia menggunakan ukuran ketidakmerataan sebagai berikut: Tingkat ketidakmerataan tinggi bila 40% penduduk terbawah menerima kurang dari 12% jumlah pendapatan. Tingkat ketidak merataan sedang bila menerima antara 12 - 17%. Tingkat ketidakmerataan rendah bila menerima lebih dari 17%. 
Kemiskinan relative biasanya masalah yang sangat krusal dalam memaknainya, jadi untuk menemukan yang dimaksud kemiskinan relative adalah: Seseorang tergolong miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. 
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.  Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita”.
Tatkala negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi, dengan kekecualian Amerika Serikat, yaitu garis kemiskinan pada dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade. Misalnya, Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita di bawah 50 persen dari median (rata-rata) pendapatan. Ketika median/rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat.
Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. 

4. Kemiskinan Absolut
Indikator kemiskinan yang dikemukakan BKKBN adalah: untuk keluarga pra sejahtera terdiri dari: seluruh anggota keluarga tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih; tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja, sekolah dan bepergian; bagian lantai terluas dari tanah.   Sedangkan indikator kemiskinan untuk keluarga sejahtera I terdiri dari: seminggu sekali keluarga tidak selalu dapat makan daging/ikan/telur; belum tentu setahun sekali anggota keluarga memperoleh minimal satu stel pakaian baru; lantai rumah kurang dari 8 m2 untuk tiap penghuni.
Adapun yang menjadi Indikator-indikator kemiskinan yang lain juga dapat berupa: 
a. Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak 
b. Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif
c. Kurangnya kemampuan membaca dan menulis
d. Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup
e. Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi
f. Ketidakberdayaan atau daya tawar yang rendah; dan 
g. Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.   
Penduduk miskin bukanlah orang yang tidak mempunyai apa-apa, tetapi memiliki serba sedikit modal sosial untuk mengembangkan diri. 
C. KEMISKINAN DI PEDESAAN
Pedesaan adalah bagian integral dari suatu negara maka berarti kemiskinan  pedesaan juga merupakan kemiskinan negara. Di samping itu, kemiskinan pedesaan  juga sebagai salah satu penyebab terjadinya urbanisasi yang kurang diinginkan dan  akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah  ditangani secara lebih serius agar kesejahteraan masyarakatnya dapat ditingkatkan. Suatu bukti yang tidak dapat dipungkiri tingkat sosial ekonomi masyarakat pedesaan  di Indonesia relatif masih rendah, padahal pedesaan memberikan andil yang cukup  besar terhadap perekonomian nasional melalui kontribusi sektor ekonomi pedesaan. 
 Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan.  Hal ini disebabkan oleh berbagai kondisi yang menekan kehidupan, satu sama lainnya  saling berpengaruh dan mensejarah. Keadaan tersebut bukan sesuatu yang diinginkan  oleh si miskin, melainkan suatu hal yang tidak dapat mereka hindari dengan kekuatan  sendiri. Untuk mengentaskan masalah kemiskinan tersebut, pemerintah telah  melakukan berbagai upaya, seperti mengintrodusir berbagai macam paket teknologi  pertanian ke pedesaan, membentuk kelembagaan formal pada tingkat desa. Kehadiran semuanya ini diharapkan dapat membangkitkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga mereka terlepas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. 
Kemiskinan di pedesaan di tandai dengan berbagai macam permasalahan, adapun yang menjadi masalah di suatu wilayah atau khuusnya desa terjadi beberapa factor:
1. Factor internal
a. Keterbatasan pengetahuan
Keberhasilan kegiatan pembangunan tidak hanya memerlukan dukungan investasi modal fisik semata, melainkan juga sumber daya manusia. Tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang memadai, akan terjadi ketidakmampuan dalam menjalankan investasi di berbagai sektor perekonomian dan sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat dicapai secara berkelanjutan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah, dimana keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dasar (basic need) bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kehidupannya. 

b. Keterbatasan modal usaha
Salah satu ciri dari kemiskinan yang sudah lama dikenali para ahli adalah kehausan rumah tangga miskin khususnya di peredesaan dan pesisir terhadap kredit berbunga lunak. Tetapi, ini bukan berarti setiap pemberian bantuan modal usaha berbunga lunak kepada rumah tangga miskin selalu berfungsi efektif. Pelaksanaan pemberian kredit secara efektif mengalami beberapa hambatan, diantaranya karena amat beragamnya kelompok sasaran yang hendak dijangkau, dan kesukaran mengkompromikan kriteria efisiensi dan efektivitas kredit. Selain itu, kendala lainnya disebabkan oleh kurangnya akses warga miskin atas lembaga keuangan yang ada di sekitarnya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tidak adanya barang jaminan yang dimiliki warga miskin yang dapat dijadikan sebagai agunan pada suatu lembaga keuangan. Untuk menanggulangi kemiskinan, kaum miskin perlu diberi kesempatan dan kepercayaan untuk mendapatkan pinjaman. Hanya saja mereka sulit berhubungan dengan bank, karena tidak memiliki agunan.
Bagi rumah tangga miskin, kredit merupakan sarana untuk menciptakan pendapatan melalui bekerja dan berusaha berdasarkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki dan potensi lingkungan ekonomi dimana ia berada. Kredit yang tepat, murah, dan mudah yang dikelola berdasarkan adat dan budaya setempat merupakan salah satu sarana penting yang amat membantu melancarkan kegiatan perekonomian. Ringkasnya, fungsi kredit adalah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin, khususnya yang tergolong miskin dan mendekati miskin (near poor). 

c. Kurang potensialnya jenis pekerjaan yang dimiliki
Keterbatasan pengetahuan menyebabkan rumah tangga miskin melakoni jenis pekerjaan yang relatif kurang potensial. Keterbatasan mengakses lapangan pekerjaan yang menjanjikan serta banyaknya masyakarakat yang bekerja pada lapangan kerja yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga mereka tergolong miskin atau tergolong pada pekerja yang rentan jatuh di bawah garis kemiskinan (near poor). Pada umumnya informasi yang diperoleh sangat jelas menunjukkan bahwa rumah tangga miskin cenderung tidak memiliki pekerjaan tetap, namun tidak juga dapat dikategorikan tidak bekerja atau pengangguran terbuka karena dari sisi jam kerja melebihi jam kerja normal (35 jam/minggu). Hanya saja, jika dikaji dari sisi kemampuan produktivitas dengan kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan dasar tampaknya masih menemui kendala. Karena itu perlu ada jenis pekerjaan yang lebih menjanjikan bagi rumah tangga miskin. Pada umumnya rumah tangga miskin bekerja apa saja dalam kurun waktu yang singkat demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, entah mau menjadi buruh bangunan, buruh tani, maupun tukang ojek. 

d. Pola hidup konsumtif
Streotipe malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab kemiskian nelayan. Namun dalam kenyataannya kultur nelayan jika dicermati secara mendalam justru memiliki etos kerja yang handal. Mereka pergi subuh pulang siang, bahkan pada masa tertentu nelayan terpaksa harus beberapa hari di laut dan menjual ikan hasil tangkapan di laut melalui para tengkulak yang menemui mereka di tengah laut, kemudian menyempatkan waktu pada waktu senggang untuk memperbaiki jaring. Dengan demikian, tidak pantas jika kita mengatakan nelayan pemalas, karena jika dilihat dari daur hidup nelayan yang selalu bekerja keras. Namun ternyata kendalanya adalah terletak pada pola hidup konsumtif. Pola hidup konsumtif menjadi masalah laten pada masyarakat nelayan, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder. Namun ketika musim paceklik datang, pada akhirnya mereka berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin memperberat kondisinya.
2. Factor eksternal
a. Kurangnya perhatian pemerintah
Selain masalah keterbatasan pengetahuan, modal usaha, dan lapangan pekerjaan, kemiskinan pedesaan khususnya kalangan petani juga disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pertanian. Kondisi wilayah yang cukup memprihatinkan karena masih adanya sistem pertanian sawah tadah hujan. Tentu saja kondisi yang demikian ini membuat kaum petani sangat tergantung pada alam, karena pengolahan sawah hanya dilakukan pada satu kali musim saja. Jika demikian, apakah kemiskinan yang diderita kaum papa ini disebut kemiskinan alamiah atau kemiskinan structural. 
b. Ketergantungan pada alam
Rumah tangga miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumber daya alam dan perubahan lingkungan. Rumah tangga miskin yang tinggal di daerah perdesaan dan kawasan pesisir sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan. Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya. Mereka umumnya hidup di kawasan pesisir pantai dan sangat dipengaruhi kondisi alam terutama angin, gelombang, dan arus laut, sehingga aktivitas penangkapan ikan tidak berlangsung sepanjang tahun. Pada periode waktu tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencang, gelombang besar, dan arus laut yang kuat. Kondisi alam ini kerapkali disebut musim paceklik yaitu suatu musim dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali. Rintihan para nelayan dalam menghadapi ketergantungan pada alam bersahut-sahutan dilontarkan ketika peneliti menemui para nelayan yang kebetulan sedang beristrahat di sekitar rumah mereka. 

D. PENYEBAB KEMISKINAN
Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan. 
Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil atau tidak mahir dalam mengelola amanah sebagai pemimpin. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut "kemiskinan struktural". Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu.
Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) yang disebabkan: sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif, keterbatasan sumber daya dan keterisolasian, dan rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang disebabkan oleh: perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan, dan bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan.
Penyebab utama kemiskinan desa adalah: pendidikan yang rendah, ketimpangan kepemilikan modal dan lahan pertanian, ketidakmerataan investasi di sektor pertanian, alokasi anggaran kredit yang terbatas, terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, pengelolaan ekonomi secara tradisional, rendahnya produktivitas dan pembentukan modal, budaya menabung yang belum berkembang, tidak adanya jaminan sosial bagi masyarakat desa, dan rendahnya jaminan kesehatan.


KESIMPULAN
Sebagaimana yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa rumah tangga miskin pedesaan terperangkap oleh struktur dan kultur yang ada. Artinya bahwa selain ketidakmampuan masyarakat miskin mengeluarkan dirinya dari masalah kemiskinan, juga diperparah oleh kondisi kemiskinan struktural. Secara spesifik, kemiskinan disebabkan oleh enam faktor yakni terbatasnya pengetahuan, terbatasnya modal usaha, kurang memadainya lapangan kerja, kurangnya perhatian pemerintah, ketergantungan pada alam, dan pola hidup konsumtif.
Muhammad SAW, Nabi terbesar sepanjang masa, sebagaimana beliau bersabda …jangan sekali-kali memperlakukan orang yang terdzalimi, orang yang kesusahan, orang yang melarat dan orang yang miskin, sebab doa orang-orang tersebut sangatlah mustajab dan didengar oleh ALLAH SWT... Namun kemiskinan struktrual sudah merenggut itu semua, kemiskinan struktural sudah menggurita dan menjadikan orang miskin semakin menggerang kesakitan dengan kemiskinannya, seraya tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengentaskan kemiskinan. 
Karl Marx juga pernah menulis bahwa jangan pernah meremehkan orang-orang miskin, sebab dari mereka amarah bisa menggelegak menjadi sebuah revolusi sosial, revolusi yang dipelopori oleh orang-orang miskin yang akan membumi hanguskan kaum-kaum “berjois baru” yang selama ini menempatkan orang miskin menjadi semakin miskin.


DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. Proses belajar aktif kesehatan reproduksi Remaja. Perkumpulan  Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Badan Koordinasi Keluarga  Berencana Nasional (BKKBN), (United Nations Population Fund (UNFPA), 2003). 
BPS/Badan Pusat Statistik dan Depsos/Departemen Sosial, Penduduk Fakir Miskin Indonesia, (Jakarta: BPS 2002).
Edi Suharto, Kemiskinan Dan Perlindungan Social Di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Social Universal Bidang Kesehatan, (Bandung: Alfabeta, 2009).
Edi Suharto, “Social Welfare Problems and Social Work in Indonesia: Trends and Issues” (Masalah Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial di Indonesia: Kecenderungan dan Isu), makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum Development for Social Work Education in Indonesia, (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2 Maret, 2004). 
Edi Suharto dkk., Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, (Bandung: STKSPress, 2004). 
Gregorius Sahdan, Menanggulangi kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi Rakyat  dan kemiskinan, Maret 2005.
Ismawan, Ketenagakerjaan dalam Struktur Agraris di Pedesaan Jawa, (Jakarta: UI Press,1991).
Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian, J(akarta: LP3ES, 2002). 
Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2004).
Rusli Lutan, dkk,  Dasar-dasar Kepelatihan. (Jakarta: Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan, 2000). 
http://seputardayeuhluhur.blogspot.com/2013/02/penyebab-serta-solusi-untuk.html 
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/definisi-kemiskinan.html 

2 komentar:

  1. Assalamualaikum wrb,perkenalkan saya Sinta dari Padang saya pengusaha properti,saya ngin berbagi pengalaman kepada teman2 semua,dulu saya hanya penjual jamu keliling,hidup susah penghasilanpun hanya bisa untuk makan,saya punya anak tiga suami tinggalkan saya pada saat kelahiran anak saya yang ke 3.putus asa sempat terlintas dipikiran saya,tapi saya harus berjuang demi anak2 saya,tidak sengaja saya buka internet dan saya lihat no ki agenk bondowoso,saya coba telpon beliau,saya dikasi solusi tapi saya ragu untuk menjalankannya tapi saya coba beranikan diri mengikuti saran beliau syukur alhamdulillah sekarang saya bisa sukses seperti ini usaha properti saya terbilang sukses,sekarang semua anak2 saya sekolah dan sudah ada yang sarjana,terimah kasih saya ucapkan pada ki agenk bondowoso berkat anda saya bisa seperti ini,khusus untuk room ini terima kasih karna saya bisa berbagi pengalaman,untuk teman2 yang mau seperti saya atau yang sedang dalam kesusahan khususnya yang terlilit hutang banyak silahkan hub ki agenk bondowoso di nmr 082348727567 insya Allah dikasi solusi,ini pengalaman saya nyata dan tidak ada karangan apapun sumpah atas nama Allah,salam persaudaraan,WAssalam

    BalasHapus
  2. saya nemuin artikel menarik nih yang ngebahas tentang sejumlah kesalahan yang bikin seseorang tidak pernah jadi kaya. Cek di sini ya: Kesalahan yang bikin kamu tidak pernah kaya, wajib dihindari!

    BalasHapus